Novel: Sang Pemimpi


Sang Pemimpi adalah novel kedua dalam tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada Juli 2006 dan memiliki 292 halaman. Dalam novel ini, Andrea Hirata mengeksplorasi hubungan persahabatan antara Ikal, Arai, dan Jimbron serta kekuatan mimpi Ikal dan Arai yang dapat membawa dua anak kampung dari Belitong ini bersekolah di Perancis.

Sang Pemimpi menceritakan tentang kelanjutan hidup Ikal di masa SMAnya. Bersama dua sekawannya, Arai dan Jimbron, mereka berusaha menggapai mimpi mereka untuk bersekolah di Perancis dan menjelajahi Eropa, bahkan sampai ke Afrika. Walaupun dilihat dari keadaan mereka, impian itu bagaikan punguk merindukan bulan, mereka tidak peduli, mereka tetap berusaha keras menggapai mimpi itu. Jatuh bangun dirasakan mereka, mimpi itu bagaikan secercah harapan dan motivasi bagi mereka untuk tetap berusaha keras dalam hidup mereka.

Ikal bertumbuh sebagai remaja yang nakal, jail, namun cerdas. Ikal dan Arai memang sering menjahili Pak Mustar, Kepala Sekolah mereka dan membuat beberapa keributan. Walaupun begitu, Ikal dan Arai selalu menduduki garda depan (peringkat 10 besar), Ikal di peringkat 3 dan Arai di peringkat 5. Arai sendiri, yang adalah teman baik Ikal, merupakan sepupu jauh dari Ikal. Ia kehilangan seluruh keluarganya pada usia yang masih dini dan akhirnya diangkat anak oleh ayah Ikal, ketegarannya dalam menghadapi cobaan tersebut pada usia muda patut diapresiasikan. Arai memang sosok yang inspiratif, ia adalah pribadi yang positif, terbuka, dan cerdas, ia juga merupakan tokoh favorit saya. 

"Sejak itu aku mengenal bagian paling menarik dari Arai, yaitu ia mampu melihat keindahan dibalik sesuatu, keindahan yang hanya biasa orang temui dalam mimpi-mimpi. Maka Arai adalah seorang pemimpi yang sesungguhnya, seorang pemimpi sejati." (Ikal - Sang Pemimpi, dalam narasi)

Sedangkan Jimbron adalah pribadi yang tenang dan memiliki semangat yang luar biasa, ia memang tidak secerdas Ikal dan Arai namun memiliki rasa setia kawan yang tinggi. Jimbron yang gagap memiliki kisah yang amat pilu dibalik kegagapannya. Ibunya meninggal ketika Jimbron kelas 4 SD dan ayahnya juga meninggal terkena serangan jantung saat membonceng Jimbron. Jimbron yang saat itu masih kecil sekuat tenaga berpontang-panting membawa ayahnya ke Puskesmas namun ayah Jimbron gagal diselamatkan. Sejak kejadian itu Jimbron menjadi gagap. Ia pun akhirnya dirawat oleh Pendeta Geovanny.

Jimbron juga terobsesi dengan kuda walaupun sebenarnya ia belum pernah melihat kuda secara langsung. Ketika kampung mereka kedatangan kuda, Jimbron menjadi lebih tergila-gila dengan makhluk tersebut bahkan sampai tingkat obsesi kompulsif sehingga Ikal dan Arai pun kewalahan. Saat Jimbron dilanda kesedihan karena tidak bisa melihat kuda cantik kesukaannya, Ikal pun sempat cemas. Tapi kesedihan Jimbron dan kecemasan Ikal hilang saat Arai dengan penuh akal membawa kuda tersebut langsung ke rumah Jimbron. Walau dengan masa lalu yang pilu dan keadaan yang sulit, Ikal, Arai, dan Jimbron tak henti-hentinya membuat kisah konyol dan juga kisah cinta dalam masa SMAnya, contohnya saja saat mereka bertiga diam-diam pergi ke bioskop untuk menonton film dewasa yang dilarang keras oleh Pak Mustar. Mereka menyamar dan menutupi muka mereka dengan kain walau akhirnya ketahuan juga oleh Pak Mustar. Mereka pun dihukum dan dijadikan bahan lelucon satu sekolah. Kisah cinta Arai dengan Nurmala juga menjadi sorotan dalam novel ini, Arai yang pantang menyerah menyatakan cintanya pada Nurmala walaupun selalu ditolak membuat kita mengerti arti kesungguhan cinta Arai. Jimbron pun menaruh hati pada seorang gadis bernama Laksmi yang seakan lupa bagaimana caranya tersenyum sejak kehilangan keluarganya. Sedangkan Ikal, masih terus dibayang-bayangi oleh sosok A Ling, cinta pertamanya saat SD.

Kehidupan SMA Ikal, Arai, dan Jimbron bukan hanya dipenuhi tawa namun juga tetesan keringat jerih payah mereka untuk meneruskan sekolah. Ikal, Arai, dan Jimbron menyewa kamar kontrakan di Magai karena jarak dari sekolah dan kampungnya terlalu jauh. Demi membiayai kehidupannya, mereka bekerja keras sebagai kuli ngambat, pekerjaan yang mengharuskan mereka bangun setiap pukul 2 pagi dan mengangkut ikan-ikan yang panjangnya mencapai 2 meter. Meski begitu, mereka tidak pernah melupakan mimpi mereka dan terus belajar. Dibalik kekuatan mimpi yang amat kuat itu, Ikal pun pernah dilanda kebimbangan akan mimpinya. Ia menyadari bahwa mimpinya adalah hal yang mustahil. Ia mulai kehilangan semangatnya dan menyerah memperjuangkan mimpinya. Ia pun terhempas dari garda depan, merosot ke peringkat 75, kekecewaan Arai dan Pak Mustar membuat Ikal semakin kehilangan semangat hidup. 

Namun ketika Ikal melihat ayahnya yang tetap tersenyum bangga, Ikal pun mulai menyesal. Ayahnya yang selalu mengenakan setelan terbaiknya dan mengendarai sepeda sejauh 30 kilometer demi menerima rapot anaknya kini harus menghadapi kenyataan bahwa peringkat Ikal merosot. Ia tidak berkata apapun, memarahi Ikal pun tidak, ia hanya mengucapkan salam seperti biasa dan tersenyum bangga pada Ikal. Ikal pun merasa sesak bercampur dengan penyesalan yang amat sangat, Ikal pun kembali bangkit dan memulihkan nama baik ayahnya dengan menggapai peringkat 2 di semester terakhirnya bersekolah di SMA.

Ikal dan Arai pun melanjutkan kehidupan mereka ke Jakarta berbekal tabungan hasil kerja mereka. Jimbron yang memilih untuk tinggal di Belitong memberi hadiah celengan hasil kerjanya yang selama ini ia tabung kepada mereka, Ikal dan Arai, sangat mengharukan. Sesampainya di Jakarta, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa kehidupan di Jakarta sangatlah sulit. Ikal dan Arai pun terpisah, Ikal bekerja sebagai pegawai pos dan Arai pergi ke Kalimantan. Kepergian Arai pun sangat mendadak dan membuat Ikal kecewa. Setelah bekerja dan belajar keras, Ikal pun dapat mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah Ikal lulus kuliah, ia membaca pengumuman mengenai beasiswa yang diberikan Uni Eropa dan mengikuti tes beasiswa tersebut. Tak disangka-sangka, Arai pun mengikuti tes beasiswa tersebut dan keduanya dipersatukan kembali. Selagi menunggu hasil tes, mereka berdua pun pulang kampung untuk menemui ayah mereka. Di Belitong, mereka bertemu dengan Jimbron yang sudah menikah dengan Laksmi yang kini tersenyum sepanjang waktu dan memiliki seorang anak berusia lima tahun. Bersama sang ayah, Arai dan Ikal pun menerima surat hasil tes beasiswa tersebut. Hasilnya? Mereka berdua lulus tes dan berhak menerima beasiswa di Universitas yang sama, Universitas de Paris, Sorbonne, Prancis. Bersama Ikal yang sudah lebih dahulu menangis bahagia, Arai yang bahkan tak menangis saat dijemput ayah Ikal sesaat setelah kehilangan orangtuanya pun tak kuasa menahan tangis bahagianya. Mereka berhasil. Mimpi yang dulu terasa sangat jauh akhirnya berhasil mereka genggam.

Novel ini membuka mata para pembaca,termasuk saya, untuk mempercayai kekuatan mimpi yang begitu besar. Dalam novel ini saya menyadari bahwa dengan bermimpi kita bisa meraih sesuatu yang bagi orang lain terlihat tidak mungkin. Tidak pernah menyerah pada mimpi kita, itulah pesan yang ditunjukan Andrea Hirata bagi kita, sang pemimpi.

"Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu." - Arai







Komentar

  1. The King Casino Online ᐈ Get 50% up to €/$100 + 50 Free Spins
    Get 50% up to €/$100 kadangpintar + herzamanindir.com/ 50 Free Spins · Visit the official site · Log in to your Casino Account · If https://jancasino.com/review/merit-casino/ you 사설 토토 사이트 do not agree to the terms of the terms of herzamanindir the agreement,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Novel: Edensor

Novel: Laskar Pelangi